Fungsi Penjor Upacara di Bali
PENJOR UPACARA DI BALI
Selain daya tarik sebuah objek wisata, Bali juga menawarkan berbagai hal menarik yang berhubungan dengan kegiatan agama, budaya dan juga seni. Salah satu hal menarik untuk diketahui adalah penjor di Bali, bagi warga lokal tentu tidak asing lagi mengenai penjor tersebut, namun demikian tidak semua orang paham akan fungsi atau makna kenapa harus memasang penjor (memenjor). Apalagi anda seorang wisatawan melihat deretan penjor di pinggir jalan, hampir menghiasi semua jalan-jalan di Bali terlihat begitu semarak, indah, cantik, unik dan menarik. Dan tidak dipungkiri keindahan penjor tersebut menjadi daya tarik tersendiri dan menjadi salah satu budaya dantradisi unik di Bali.
Jejeran penjor yang dipasang di pintu kanan sebuah pekarangan, rumah, tempat usaha atau perkantoran tersebut, sehingga terlihat berbejer rapi, nuansa alam Bali terlihat begitu semarak dan meriah, pemasangan penjor di Bali secara serentak tersebut dalam rangka kegiatan upacara agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan perayaan Hari Raya Galungan. Penjor Galungan tersebut sudah dipasang minimal pada hari Penampahan atau sehari sebelum hari raya Galungan. Dan dari sini anda ketahui bahwa penjor di Bali tersebut bukan hanya sebuah dekorasi saja, tetapi mengandung makna filosofis dan fungsi tertentu dalam melengkapi kegiatan upacara agama Hindu.
Fungsi Dan Makna Penjor Upacara Di Bali
Penjor upacara dibuat menggunakan tiang bambu tinggi melengkung setinggi sekitar 10 meter yang merupakan gambaran gunung tertinggi, yang dihiasi dengan berbagai hiasan janur dilengkapi dengan dengan hasil-hasil bumi, kue, serta kain putih atau kuning, yang menjadi bagian dari beberapa unsur yang mencirikan penjor tersebut untuk kebutuhan upacara keagamaan Hindu di Bali. Penjor juga dikatakan simbol sebuah Gunung, dan gunung sendiri merupakan stana Tuhan dengan berbagai manisfestasinya, untuk itulah pada setiap gunung di Bali dibangun sebuah pura, apakah itu pada puncaknya ataupun lerengnya. Salah satunya adalah Gunung Agung terdapat pura Besakih di lereng Gunung, karena kondisi tidak memungkinkan membangun pura di puncak, sedangkan di Gunung Lempuyang di puncak gunung di bangun sebuah pura, karena kondisinya memungkinkan.
Sepintas jika dilihat penjor di Bali tidak hanya digunakan dalam rangkaian upacara keagamaan saja seperti dalam hari raya Galungan. Namun juga digunakan sebagai sebuah alat dekorasi yang didesain cantik, indah dan menarik, seperti saat ada acara pernikahan, kegiatan atau even-even tertentu pada sebuah hotel atau perusahaan, yang ditonjolkan tentu unsur seninya, bukan perlengkapannya atau unsur-unsur yang berhubungan dengan simbol-simbol kekuatan Ida Sang Hyang Widi Wasa. Bahkan penjor di Bali juga terkadang dipasang di rumah ibadah non Hindu, tentu hal tersebut hanya untuk dekorasi dan kemeriahan semata, bukan fungsi sakralnya seperti di agama Hindu.
Fungsi atau makna penjor Galungan dalam kegiatan upacara dan hari raya agama Hindu di Bali, berkaitan erat dengan Galungan melambangkan pertiwi bhuwana Agung dan simbol gunung yang memberikan kesejahteraan dan keselamatan. Lambang pertiwi digambarkan sebagai bentuk wujud naga Basuki dan Ananta Boga. Jadi Penjor di Bali berfungsi sebagai sarana perlengkapan upakara yang memiliki nilai sakral dan dalam pembuatannya harus memperhatikan unsur-unsur ataupun alat-alat yang dipakai melengkapi penjor tersebut. Penjor bisa dibuat seindah atau seseni mungkin sesuai dengan kemampuan, atau bahkan dibuat dengan sederhana sesuai kemampuan, situasi dan kondisi, namun yang tidak bisa dikurangi adalah unsur perlengkapannya.
Penjor sendiri dibuat menggunakan alat atau unsur-unsur dari alam semesta, seperti batang bambu, jenis daun (plawa) seperti janur, cemara, pakis aji dan andong, untuk buah-buahan dan umbi-umbian yang digolongkan sebagai pala bungkah (umbi-umbian) seperti umbi ketela, pala gantung seperti buah kelapa, pisang, mentimun atau jambu dan pala wija (buah berbiji) seperti jagung dan padi juga dilengkapi dengan kue, tebu dan uang kepeng. Semua hasil bumi atau hasil dari alam semesta tersebut juga memberikan arti sebagai rasa bakti dan ucapan terima kasih atas segala kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widi Wasa pada umat manusia.
Penjor dipasang di depan pekarangan rumah, kantor, ataupun tempat usaha, tepatnya di sebelah kanan pintu masuk, sanggah atau lengkung dari penjor mengarah ke jalan. Jika rumah anda menghadap ke Timur, maka penjor tersebut dipasang di sebelah Selatan. Bagian depan penjor dipasang sebuah sanggah cucuk setinggi sekitar 1.5 meter sebagai perlambang Ardha Candara, yaitu sebuah sanggah yang bagian bawah segi empat atapnya melengkung setengah lingkaran, bentuknya seperti bulan sabit, sedangkan pada ujung penjor (ujung bambu) dipasangi sebuah sampian penjor lengkap dengan bunga, porosan, kwangen, sesari 11 uang kepeng.
Simbol Dan Makna Perlengkapan Penjor Upacara
Dari beberapa unsur yang melengkapi penjor Galungan tersebut, memiliki makna atau simbol dari kekuatan Tuhan. Sehingga penjor untuk upacara, wajib memenuhinya dari perlengkapan tersebut, berikut perlengkapan penjor tersebut;
Bambu, adalah simbol gunung dan gunung tempat stana para Ida Sang Hyang Widi dan juga sebagai simbol kekuatan Hyang Brahma
Bambu (tiying) dibungkus ambu/kasa, simbol kekuatan Dewa MaheswaraKain putih kuning, simbol kekuatan Dewa IswaraSampian, simbol kekuatan Dewa Parama SiwaJanur, simbol kekuatan Dewa MahadewaKue (jaja uli +gina), simbol kekuatan Dewa BrahmaKelapa, simbol kekuatan Dewa RudraPala bungkah, pala gantung, simbol kekuatan Dewa WisnuTebu, sebagai simbol kekuatan Dewa SambuPlawa, simbol kekuatan Dewa SangkaraSanggah Cucuk, simbol kekuatan Dewa SiwaLamak, simbol TribhuanaBanten Upakara sebagai simbol kekuatan Dewa Sadha SiwaKlukuh berisi pisang, tape dan jaja, simbol kekuatan Dewa BogaUbag-abig, simbol Rare AngonHiasan cili, gegantungan, simbol widyadariTamiang, sebagai simbol penolak bala atau kejahatan
Unsur-unsur tersebut diatas diperlukan saat pembuatan penjor upacara di Bali karena melambangkan simbol-simbol suci atas dasar atau landasan dari implementasi ajaran kitab suci weda, yang berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika agama Hindu. Sedangkan penjor dekorasi tidak perlu melengkapi dengan semua unsur tersebut di atas, cukup agar penjor tersebut tampil menarik dan indah. Penjor adalah sebuah bagian warisan dan budaya dan tradisi agama Hindu di Bali.
Penjor Galungan ini sendiri dicabut genap setelah 35 hari Raya Galungan atau dikenal dengan Budha Kliwon Pahang. Dengan banten Tumpeng Puncak Manik, peralatan penjor dibakar, kemudian abunya dimasukkan ke klungah nyuh (kelapa) gading dan kemudian ditanam di hulu pekarangan rumah ataupun bisa dihanyut ke laut
Komentar
Posting Komentar